BAB I
PENDAHULUAN
Hasil akhir dari sebuah
perencanaan terbentuknya kebijakan-kebijakan yang harus ditaati dalam
pelaksanaan kegiatan agar tercapainya tujuan. Kebijakan tersebut akan sejalan
dengan program yang dibuat yang dapat dijadikan pedoman disetiap kegiatan yang
dilakukan agar terciptanya kelancaran dalam menuju tujuan.
Namun disamping adanya
kebijakan namun harus didukung dengan strategi-strategi yang akan mempercepat
proses kegiatan dalam mencapai tujuan. Strategi ini sangat berguna dalam
menghadapi situasi kritis atau genting dalam menghadapi sasaran agar mencapai hasil yang maksimal.
Oleh sebab itu penulis
akan membahas tentang perumusan kebijakan dan strategi dalam dakwah yang kan
diuraikan pada bab berikut
Pengertian
Strategi
Sementara
itu, secara konseptual strategi dapat dipahami sebagai suatu garis besar haluan
dalam bertindak untuk mencapai sasaran yang telah ditentukan (Pimay, 2005: 50).
Strategi juga bisa dipahami sebagai segala cara dan daya untuk menghadapi
sasaran tertentu dalam kondisi tertentu agar memperoleh hasil yang diharapkan
secara maksimal (Arifin, 2003: 39). Dengan demikian, strategi dakwah dapat
diartikan sebagai proses menentukan cara dan daya upaya untuk menghadapi
sasaran dakwah dalam situasi dan kondisi tertentu guna mencapai tujuan dakwah
secara optimal. Dengan kata lain strategi dakwah adalah siasat, taktik atau manuver
yang ditempuh dalam rangka mencapai tujuan dakwah (Pimay, 2005: 50).
Strategi
pada mulanya berasal dari peristiwa peperangan, yaitu sebagai suatu siasat
untuk mengalahkan musuh. Namun pada akhirnya strategi berkembang untuk semua
kegiatan organisasi, termasuk keperluan ekonomi, sosial, budaya, dan agama.
Strategi ini dalam segala hal digunakan untuk mencapai tujuan yang telah
ditetapkan. Tujuan tidak akan mudah dicapai tanpa strategi, karena pada
dasarnya segala tindakan atau perbuatan itu tidak terlepas dari strategi.
Adapun tentang taktik, sebenarnya merupakan cara yang digunakan, dan merupakan
bagian dari strategi. Strategi yang disusun, dikonsentrasikan, dan
dikonsepsikan dengan baik dapat membuahkan pelaksanaan yang disebut strategis (Rafi'udin
dan Djaliel, 1997: 76).
Menurut
Hisyam Alie yang dikutip Rafi'udin dan Djaliel, untuk mencapai strategi yang
strategis harus memperhatikan apa yang disebut SWOT sebagai berikut:
1. Strength (kekuatan),
yakni memperhitungkan kekuatan yang dimiliki yang biasanya menyangkut
manusianya, dananya, beberapa piranti yang dimiliki.
2. Weakness (kelemahan),
yakni memperhitungkan kelemahankelemahan yang dimilikinya, yang
menyangkut aspek-aspek sebagaimana dimiliki sebagai kekuatan, misalnya kualitas
manusianya, dananya, dan sebagainya.
3. Opportunity (peluang),
yakni seberapa besar peluang yang mungkin
tersedia di
luar, hingga peluang yang sangat kecil sekalipun dapat diterobos.
4. Threats (ancaman),
yakni memperhitungkan kemungkinan adanya
ancaman dari luar
(Rafi'udin dan Djaliel, 1997: 77).
Menurut
Miftah Faridh (2001: 48) strategi dakwah yang sesuai dengan perkembangan zaman
adalah sebagai berikut:
1. Strategi Yatluu Alaihim Aayaatih (strategi
komunikasi) adalah strategi penyampaian pesan-pesan (al-Qur’an) kepada umat
memiliki konsekuensinya. Terpeliharanya hubungan insani secara sehat dan bersahaja,
sehingga dakwah tetap memberikan fungsi maksimal bagi kepentingan hidup dan
kehidupan. Disinilah proses dakwah perlu mempertimbangkan dimensi-dimensi
sosiologi. Agar komunikasi yang didahuluinya dapat berimplikasi pada
peningkatan kesadaran iman.
2. Strategi Yuzakkihim (strategi pembersih
sikap dan perilaku) adalah strategi pembersihan dimaksudkan agar terjadi
perubahani individu masyarakat sesuai dengan watak Islam sebagai agama manusia
karena itu dakwah salah satunya adalah mengemban misi memanusiakan manusia
sekaligus memelihara keutuhan Islam sebagai agama Rahmatan Lilalamin.
3. Strategi Yu’alimu Humul Kitaaba Wa Hikmah (strategi
pendidikan). Adalah strategi pembebasan manusia dari berbagai penjara kebodohan
yang seringkali melihat kemerdekaan dan kreatifitas. Karena pendidikan adalah
proses pencerahan untuk menghindari keterjebakan hidup dalam pola jahiliyah
yang sangat tidak menguntungkan, khususnya bagi masa depan umat. Berkaitan
dengan perubahan masyarakat di era globalisasi, maka perlu dikembangkan
strategi dakwah Islam sebagai berikut.
Pertama,
meletakkan paradigma tauhid dalam dakwah. Pada dasarnya dakwah merupakan usaha
menyampaikan risalah tauhid yang memperjuangkan nilai-nilai kemanusiaan yang
universal (egaliter, keadilan, dan kemerdekaan). Dakwah berusaha mengembangkan fitrah
dan kehanifan manusia agar mampu memahami hakekat hidup yang berasal
dari Allah dan akan kembali kepada-Nya. Dengan mengembangkan potensi atau fitrah
dan kehanifan manusia, maka dakwah tidak lain merupakan suatu proses
memanusiakan manusia dalam proses transformasi sosio-kultural yang membentuk
ekosistem kehidupan. Karena itu, tauhid merupakan kekuatan paradigmatis dalam
teologi dakwah yang akan memperkuat strategi dakwah. (Pimay, 205 : 52)
Kedua, perubahan
masyarakat berimplikasi pada perubahan paradigmatik pemahaman agama. Dakwah
sebagai gerakan transformasi sosial sering dihadapkan pada kendala-kendala
kemapanan keberagamaan seolah-olah sudah merupakaan standar keagamaan yang
final sebagaimana agama Allah. Pemahaman agama yang terlalu eksetoris dalam
memahami gejala-gejala kehidupan dapat menghambat pemecahan masalah sosial yang
dihadapi oleh para juru dakwah itu sendiri. Oleh karena itu, diperlukan pemikiran
inovatif yang dapat mengubah kemapanan pemahaman agama dari pemahaman yang
tertutup menuju pemahaman keagamaan yang terbuka.
Ketiga, strategi
yang imperatif dalam dakwah. Dakwah Islam berorientasi pada upaya amar
ma`ruf dan nahi munkar. Dakwah tidak dipahami secara sempit sebagai
kegiatan yang identik dengan pengajian umum atau memberikan ceramah di atas
podium, lebih dari itu esensi dakwah adalah segala bentuk kegiatan yang
mengandung unsur amar ma`ruf dan
nahi munkar. (Pimay, 205 : 52)
Selanjutnya, strategi
dakwah Islam sebaiknya dirancang untuk lebih memberikan tekanan pada
usaha-usaha pemberdayaan umat, baik pemberdayaan ekonomi, politik, budaya,
maupun pendidikan. Karena itu, strategi yang perlu dirumuskan dalam berdakwah
perlu memperhatikan asas-asas sebagai berikut.
Pertama,
asas filosofis, asas ini erat hubungannya dengan perumusan tujuan-tujuan yang
hendak dicapai dalam proses atau aktivitas dakwah.
Kedua,
asas kemampuan dan keahlian (Achievemen and professional) da'i.
Ketiga,
asas sosiologis, asas ini membahas tentang persoalan-persoalan yang berhubungan
dengan situasi dan kondisi masyarakat obyek dakwah. Misalnya situasi politik,
ekonomi, keamanan, kehidupan beragama masyarakat dan lain sebagainya.
Keempat,
asas psikologis, merupakan asas yang membahas tentang aspek kejiwaan manusia,
untuk memahami karakter penerima dakwah agar aktivitas dakwah berjalan dengan
baik.
Kelima,
asas efektif dan efisien, hal ini merupakan penerapan prinsip ekonomi dalam
dakwah, yaitu pengeluaran sedikit untuk mendapatkan penghasilan yang semaksimal
mungkin. Setidak-tidaknya seimbang antara tenaga, pikiran, waktu dan biaya
dengan pencapaian hasilnya (Syukir, 1983: 32-33).
Karena itu, dakwah masa
depan perlu mengagendakan beberapa hal antara lain:
Pertama,
mendasarkan proses dakwah pada pemihakan terhadap kepentingan masyarakat.
Kedua,
mengintensifkan dialog dan menjaga ketertiban masyarakat, guna membangun
kesadaran kritis untuk memperbaiki keadaan.
Ketiga,
memfasilitasi masyarakat agar mampu memecahkan masalahnya sendiri serta mampu
melakukan transformasi sosial yang mereka kehendaki.
Keempat, menjadikan
dakwah sebagai media pendidikan dan pengembangan potensi masyarakat, sehingga masyarakat
akan terbebas dari kejahilan dan kedhaifan (Syukir, 1983: 172).
DAFTAR
PUSTAKA
Pimay,
Awaludin, 2005, Paradigma Dakwah Humanis Strategi dan Metode
Dakwah
Prof. KH. Saifuddin Zuhri, Semarang: RaSAIL.
Arifin,
M. 2003. Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta: PT Bumi Aksara.
Rafi'udin
dan Maulana Abdul Djaliel. 1997. Prinsip dan Strategi Dakwah.
Bandung:
Pustaka Setia.
Syukir,
Asmuni, 1983. Dasar-Dasar Strategi Dakwah Islam, Surabaya: al-Ikhlas.
Faridh,
Miftakh, Refleksi Islam, Bandung : Pusdi Press, 2001.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar